Akhir – akhir ini kisah tentang delman hantu memang sering menjadi perbincangan penduduk desa. Hanya saja aku tidak percaya dengan adanya hantu apalagi di zaman modern ini. Tapi akhirnya aku harus mempercayainya karena aku mengalaminya sendiri.
Malam itu kebetulan malam jum’at, giliranku ronda malam bersama dua orang temanku. Kami bertiga duduk di pos ronda sambil berbincang – bincang. Waktu menunjukkan pukul 2 malam. Dua orang temanku memutuskan untuk berkeliling, sementara aku berjaga di pos ronda. Malam ini sangat sunyi sekali, suara jangkrik dan binatang malam lain pun seakan ikut tidur nyenyak. Hanya desir angin yang kadang terdengar. Entah kenapa tiba – tiba bulu kudukku meremang. Untuk mengusir rasa takut aku memutar – mutar tunel radio mencari stasiun radio yang masih mengadakan siaran malam. Namun, tak ada satu stasiun radio pun yang masih siaran malam itu. Akhirnya aku putuskan keluar dari pos dan duduk – duduk di kursi panjang depan pos ronda sambil sekali – kali memukul – mukul kentungan yang kubawa.
Di tengah – tengah keheningan, tiba – tiba telingaku mendengar suara ringkikan kuda. Tak kupedulikan karena di desa ini banyak yang memelihara kuda. Tapi semakin lama suara kuda itu semakin terdengar jelas dengan gemerincing genta – genta kecil yang biasa ada pada punggung kuda delman. Aku berdiri dan melihat – lihat daerah sekitar mencari asal suara delman itu.
“Siapa yang naik delman tengah malam begini?” gumamku. Ternyata benar di tikungan jalan kulihat lampu delman bergoyang – goyang dengan genta – genta memecah kesunyian malam. Kakiku mulai gemetar, aku siaga dengan menggenggam erat kentungan yang aku bawa. “Awas, kulempar dengan kentungan ini kalau kau mengganggu.” kataku sedikit ciut nyali.
Delman itu semakin mendekat dan kulihat tak ada yang aneh dengan delman itu. Tak seperti yang penduduk desa ceritakan. Mereka bilang delman itu berjalan tanpa kusir dan berbau wangi melati. Namun, ini tidak. Aku melihat seorang kusir mengendalikan kuda dan tak kucium harum apapun. Delman itu berhenti tepat di depanku. Sang kusir bertanya rumah Pak Salim.
“Nak, mau numpang tanya. Rumah Pak Salim dimana ya?” kata kusir delman.
“Di ujung sana pak. Kira – kira 500 meter dari sini.” kataku mulai lega.
“Bolehkah bapak minta tolong antarkan bapak kesana?” katanya.
“Ya boleh saja pak.” kataku senang hati.
Kemudian aku duduk di samping pak kusir yang mengaku bernama Sudibyo. Aku merebahkan punggungku dan tak kusadar rasa kantuk membuatku tertidur. Tak lama kemudian aku terbangun namun aku sudah tidak mengenal jalan yang kulalui. Kulihat Pak Sudibyo santai mengendalikan kudanya.
“Pak, kita dimana? Bukankah seharusnya kita sudah sampai di rumah Pak Salim?” tanyaku heran.
“Bapak sudah bertemu Pak Salim tadi.” kata Pak Sudibyo.
“Kenapa bapak tidak membangunkan saya? Dan sekarang kita menuju kemana pak?” tanyaku mulai merasa aneh.
“Sudah kamu tenang saja. Bapak hanya ingin menunjukan rumah bapak.” katanya sambil tersenyum.
Aku hanya duduk terbengong. Tiba – tiba Pak Sudibyo menjerit dan melompat jatuh dari delman. Kemudian delman berjalan tak menentu. Suara tidak bisa keluar untuk berteriak. Aku mulai ketakutan. Aku melihat ke belakang mencari tempat Pak Sudibyo jatuh namun dia sudah menghilang. Panik dengan kondisi ini aku pegang tali kekang dan kutarik sekuat mungkin. Kuda jatuh terguling dan aku tak sadarkan diri.
Menjelang subuh aku tersadar dan melihat sudah banyak orang yang berkerumun di depanku. Aku yang merasa kesakitan dibantu berdiri oleh Pak Salim. Kuceritakan tentang Pak Sudibyo dengan delmannya.
“Dia lagi.” gumam Pak Salim.
“Memang dia siapa pak?” tanyaku heran.
“Beruntung kamu masih selamat.” kata Pak Salim.
“Maksud bapak?” tanyaku semakin bingung.
“Pak Sudibyo adalah kusir delman yang telah meninggal beberapa tahun silam saat mengikuti lomba balap delman. Dia meninggal karena bertabrakan dengan delman bapak. Malang, Pak Sudibyo tertancap penghela kayu delman saat itu. Beruntung kau hanya luka – luka karena kemungkinan dia mencari tumbal.” katanya serius.
“Syukurlah pak.” kataku menahan sakit.
Akhirnya penduduk desa mengadakan tradisi rukyah padaku agar tidak tertimpa hal buruk lagi. Kemudian setiap malam jum’at penduduk desa mengadakan doa bersama meminta perlindungan Yang Maha Kuasa agar desa dan penduduk desa terbebas dari hal – hal buruk.
No comments:
Post a Comment
Thanks for your comment.